Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan



Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/3305/2022 Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia  (peningkatan  konsentrasi BUN)  dan/atau  penurunan  sampai tidak ada sama sekali produksi urin.

 

Perubahan  terminologi  dari  Gagal  Ginjal  Akut  (GGA)  menjadi  AKI bertujuan  untuk  meningkatkan  deteksi  dini  agar  dapat  dilakukan intervensi  segera.  Pada  konsep  yang  dipakai  sekarang,  AKI  memiliki spektrum  klinis  yang  luas, mulai  dari  perubahan  minor  pada  penanda fungsi ginjal sampai dengan kondisi yang membutuhkan Terapi Pengganti Ginjal  (TPG).  Perubahan  konsep  ini  dilakukan  karena  adanya  bukti bahwa  perubahan  kecil  dalam  fungsi  ginjal  dapat memiliki  efek  yang serius  untuk  jangka  panjang,  dan  intervensi  dini  dapat  memperbaiki luaran atau prognosis.

 

Beberapa  laporan  di  dunia  menunjukkan  insidens  yang  bervariasi antara  0,5- 0,9%  pada  komunitas,  0,7-18%  pada  pasien  yang  dirawat  di rumah  sakit,  hingga  20%  pada  pasien  yang  dirawat  di  unit  perawatan intensif  (ICU),  dengan  angka  kematian  yang  dilaporkan  dari  seluruh dunia  berkisar  25%  hingga  80%.  Meskipun  kemajuan  dalam  diagnosis dan staging AKI  dengan  emergensi  biomarker  menginformasikan  tentang mekanisme  dan  jalur  dari  AKI,  tetapi  mekanisme  AKI  berkontribusi terhadap  peningkatan  mortalitas dan  morbiditas  pada pasien  rawat  inap masih belum jelas. Perkembangan deteksi dini dan manajemen AKI telah ditingkatkan  melalui  pengembangan  definisi  universal  dan  spektrum staging.  Cedera  AKI  berubah  dari  bentuk  kurang  parah  menjadi staging severe injury. AKI bukan merupakan penyakit primer dan tidak mungkin terjadi tanpa penyakit lain yang mendasarinya. Penyakit yang mendasari AKI  sangat  beragam  dan  berbeda  antar kelompok  usia  anak-anak.  Pada kelompok  Balita  penyebab  AKI  di  komunitas  adalah  gangguan hemodinamik  misal  akibat  diare  dengan  dehidrasi,  syok  pada  infeksi dengue,  dan  kelainan  kongenital  ginjal  dan  saluran  kemih  yang  berat.

 

Sedangkan  pada  anak  lebih  besar sampai  remaja,  AKI  komunitas  lebih banyak disebabkan oleh penyakit ginjal seperti glomerulonefritis akut.  Profil  pasien  anak  dengan  AKI  menunjukkan  keseragaman  berupa gejala prodromal seperti  demam,  gejala  saluran  cerna  dan  gejala  saluran pernapasan. Hal ini dapat menjadi petunjuk dugaan penyebab AKI berupa adanya suatu infeksi di awal yang  kemudian mengalami komplikasi AKI.

 

Proses  infeksi  yang  terjadi  melibatkan  mekanisme  imunologi  yang bervariasi  dan  kompleks,  tergantung  pada  mikroorganisme (agent) penyebabnya maupun genetik dari pejamu (host) serta lingkungan. Kemiripan  lainnya  dari  profil  kasus-kasus  yang  dilaporkan  adalah ditemukannya  antibodi  SARS-CoV-2  positif  pada  mayoritas  pasien  yang belum  mendapatkan  vaksinasi  COVID-19  sebelumnya  dan  tidak  pernah diketahui  mengalami  infeksi  COVID-19  baik  bergejala  ringan  atau  tidak bergejala.  Oleh  karena itu,  selain  patogen  umum  yang  telah  diketahui memiliki tropisme di ginjal, diduga kemungkinan mengenai infeksi SARS-CoV-2  sebagai  patogen  khusus  yang  menyebabkan AKI,  maupun  reaksi hiperinflamasi pasca infeksi SARS-CoV-2 pada pasien anak pasca COVID-19 yang dikenal sebagai Multisystem Inflammatory In Children (MIS-C).

 

Manifestasi  klinis COVID-19  terutama  adalah  demam,  batuk  dan diare. Meskipun sebagian besar pasien bergejala ringan, sekitar sepertiga pasien mempunyai gejala berat dengan beberapa komplikasi syok septik, Acute Respiratory Distress Syndrome, AKI dan kematian. AKI terjadi pada sekitar  0,5  -  33,9% penderita  COVID-19.  Multisystem  Infammatory Syndrome  (MIS-C)  merupakan  kejadian  yang  jarang  terjadi  setelah COVID-19,  insidens  nya  sekitar  3.16  per  10,000  kasus COVID-19,  AKI terjadi sekitar 25-33% pasien MIS-C. 

 

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada bulan September tahun 2022,  terdapat  74  kasus Acute  Kidney  Injury Progressive  Atypical yang telah dilaporkan, penyakit ini ditemukan sebagian besar pada anak laki-laki  dengan  usia  di  bawah  6  tahun  tanpa  riwayat  komorbid, kasus tersebut  pola  perjalanan  penyakitnya  tidak  seperti  AKI  yang  lazimnya terjadi  pada  kelompok  usia  anak  di  bawah 6  tahun  dan progresifitasnya tergolong cepat, sehingga membutuhkan intervensi segera.

 

 

Diktum KESATU  Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/3305/2022 Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyatakan  Menetapkan  Tata Laksana dan  Manajemen  Klinis Gangguan Ginjal  Akut  Progresif  Atipikal (Atypical  Progressive  Acute Kidney  Injury)  pada  Anak  di  Fasilitas  Pelayanan  Kesehatan sebagaimana  tercantum  dalam  Lampiran  yang  merupakan bagian  tidak  terpisahkan  dari  Keputusan  Direktur  Jenderal ini.

 

KEDUA  Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyatakan  bahwa Tata Laksana dan  Manajemen  Klinis Gangguan  Ginjal  Akut Progresif  Atipikal  (Atypical  Progressive  Acute  Kidney  Injury) pada  Anak  di  Fasilitas  Pelayanan  Kesehatan  sebagaimana dimaksud  dalam  Diktum  KESATU  merupakan  serangkaian kegiatan  yang  dilakukan  oleh  tenaga  medis  dan  tenaga kesehatan  lain  dalam  menegakan  diagnosis,  melaksanakan tata laksana pengobatan, dan tindakan terhadap pasien anak Gangguan  Ginjal  Akut  Progresif  Atipikal (Atypical  Progressive Acute Kidney Injury) sesuai indikasi medis.

 

Diktum KETIGA  Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/3305/2022 Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatanmenyatakan  Tata Laksana dan  Manajemen  Klinis Gangguan  Ginjal  Akut Progresif  Atipikal (Atypical  Progressive  Acute  Kidney  Injury) pada  Anak  di  Fasilitas  Pelayanan  Kesehatan sebagaimana dimaksud  dalam  Diktum  KESATU  menjadi  acuan  bagi pemerintah  pusat,  pemerintah  daerah  provinsi,  pemerintah daerah  kabupaten/kota,  dokter,  tenaga  kesehatan  lain, fasilitas  pelayanan  kesehatan,  dan  pemangku  kepentingan terkait dalam penanganan pasien anak Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury).

 

Diktum KEEMPAT  :  Pemerintah  pusat,  pemerintah  daerah  provinsi,  dan pemerintah  daerah  kabupaten/kota  melakukan  pembinaan dan  pengawasan  terhadap  Tata Laksana  dan  Manajemen Klinis Gangguan  Ginjal  Akut  Progresif  Atipikal (Atypical Progressive  Acute  Kidney  Injury)  pada  Anak di  Fasilitas Pelayanan  Kesehatan  sesuai  dengan  kewenangan  masing-masing.

 

Tujuan diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/3305/2022 Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah menetapkan  diagnosis  klinis  dan  sebagai  acuan  dalam  tata laksana penanganan Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak.

 

Ruang lingkup Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal akut  Progresif  Atipikal  (Atypical  Progressive  Acute  Kidney  Injury)  pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah diagnosis, deteksi dan tata laksana  klinis,  pencatatan  dan  pelaporan,  serta  pengambilan  dan pengiriman  spesimen pada  Gangguan  Ginjal  Akut  Progresif  Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak di fasilitas pelayanan kesehatan.

 



Link download Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/3305/2022 Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (DISINI)

 

Demikian informasi tentang Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury)  Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan KesehatanSemoga ada manfaatnya.

 



= Baca Juga =



*

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post